A Complicated Love Story [Chapter 2]

A Complicated Love Story 2Dreaming Girl Present you…

Poster by flamintskle @ Poster Channel

A COMPLICATED LOVE STORY

Title A Complicated Love Story – Author Dreaming Girl – Leght Chaptered – Rating Teen – Summary Terkadang, kita harus menutupi semuanya demi kehidupan kita – Disclaimer I only own the story

Starring LOVELYZ’s Yein || BTS’s Jungkook || SONAMOO’s Minjae || BTS’s Jin

Romance – Sad – Hurt – School live – Family – Angst – Friendship – AU

“Sometimes, we have to cover it all for our live…”

Previous Story : Teaser || Chapter 1 :

Yein mengerang, kepalanya sakit. Semuanya terasa berputar, entah apa yang terjadi. “Oh tidak, tidak lagi…” Batinnya berkata. Namun, ia tak mampu berbuat apapun. Lututnya terasa lemas dan ia pun jatuh terduduk, tak mampu lagi berdiri.

Jungkook terkejut melihatnya, ia segera menghampiri Yein dan memeriksa keadaannya. “Yein Ssi?” Tanyanya, berusaha memastikan bahwa yeoja itu baik-baik saja. Namun, Yein malah memperkeras erangannya.

“Yein Ssi? Gwaechanayeo?”

Yein tak tahu apa yang terjadi sebelum ia terbangung di tempat asing ini. Yeoja itu berkali-kali berusaha untuk mengingat apa yang sesungguhnya terjadi, tapi hasilnya… nihil. Ia tak berhasil mengingat apapun.

“Yein Ssi…” Yein menoleh saat seseorang memanggilnya, ia terkejut melihat Minjae kini berdiri dihadapannya. “Yein Ssi, neo gwaechana?” Tanya Minjae khawatir. Tapi Yein hanya mengangguk sambil tersenyum.

“Apa yang terjadi?” Tanya Yein.

“Aku tidak tahu. Yang pasti, Jungkook yang membawamu kepadaku dan kau dalam keadaan tak sadarkan diri. Aku bertanya kenapa dan berkata bahwa ia tidak tahu apa yang terjadi padamu.” Jawab Minjae, Yein hanya mengangguk.

Tiba-tiba, ia ingat semuanya. Tidak semua, hanya sedikit. Terakhir kali ia ingat bahwa ia sedang mendapati Jungkook dan Seokjin bertengkar di Rooftop. Ia melerai mereka dan menyuruh Seokjin pergi, Jungkook lalu mengusirnya. Setelahnya ia merasa kepalanya begitu sakit dan setelah itu, ia tak tahu lagi apa yang terjadi.

“Oh, arasseo. Oh ya, Minjae-ya. Aku ada dimana sekarang?” Tanya Yein sambil mengedarkan pandangannya kesekeliling tempat asing itu. “Oh, kau ada di rumahku.” Jawab Minjae singkat, Yein hanya mengangguk lagi.

“Aku akan pulang. Terima kasih karena telah menjagaku, Minjae-ya. Jeongmal ghamsahamnida, aku permisi.” Ujar Yein sambil bangkit.

“Eh, kau tidak tinggal lebih lama? Tapi, baiklah jika kau mau pulang. Cheonmaneyeo, Anyeong.” Ujar Minjae sambil mengantar Yein keluar dari rumahnya.

~~~

Sore itu bukan sore yang indah bagi Jungkook. Sama seperti sore hari sebelumnya.

Jungkook sama sekali tak menikmati harinya sejak dulu, terutama sekarang. Sejak ibunya pergi begitu saja, meninggalkannya seorang diri. Sejak ayahnya juga meninggalkan ibunya, menikah dengan yeoja lain yang biarpun menyayangi Jungkook, tetapi Jungkook membencinya.

Jungkook menghela napas, kini menatap langit yang sudah berwarna kemerahan. Sekilas, ia mengingat kenangan terburuk yang pernah ia dapatkan.

Flashback*

“Hiks… jangan tinggalkan Jungkook, eomma.” Seorang bocah kecil duduk disamping ranjang sang ibu sambil memegang tangan ibunya. Air mata terlihat jelas mengalir dari pipi si anak.

“Jungkook-ah…” Suara sang ibu kini terdengar ditelinga bocah itu. “Mianhe, maafkan eomma, sayang.” Ujarnya sambil membelai rambut bocah bernama Jeon Jungkook itu.

“Jangan bersedih, ara? Eomma akan selalu disisimu, biarpun kau tak dapat melihatnya. Percayalah pada eomma, jangan bersedih, Jungkook-ah.” Pinta si Ibu, Jungkook hanya mengangguk sambil menyeka air matanya.

“Jadilah anak yang baik, jangan pernah membangkang pada ayahmu. Eomma akan selalu ada disini, dihatimu.” Ujar sang Ibu sambil memegang dada Jungkook, Jungkook hanya mengangguk.

Si Ibu tersenyum lalu meneteskan air matanya sambil menggenggam erat tangan Jungkook. “Maafkan eomma, Jungkook-ah. Saranghae…” Ujar sang Ibu sambil menutup matanya… untuk selama-lamanya.

Flashback End*

Semua itu… Jungkook membencinya. Membenci Ibunya yang telah meninggalkannya tanpa sebab, membenci Ayahnya yang juga meninggalkan Ibunya. Ia membenci semuanya!

Jungkook berdiri, berjalan dan sesekali menendang batu-batu kerikil tak bersalah di jalanan. Kini Jungkook hanya bisa menyalahkan kedua orang tuanya, menyalakan teman-temannya, menyalahkan semua orang… bahkan dirinya sendiri.

“Kenapa harus aku?”

Kata-kata itu kerap kali terulang dibenak Jungkook, kenapa harus ia? Kenapa harus ia yang menerima cobaan yang begitu berat? Kenapa bukan orang lain saja? Jungkook tak dapat menerkanya. Ya, Jungkook harus kehilangan semua yang disayanginya. Ibunya, teman-temannya, kebahagiaannya, semuanya. Tak ada lagi hari-hari penuh warna yang dulu selalu ada bagi Jungkook, semuanya berubah kelam dan gelap.

Jungkook memang hidup bergelimpang harta, tapi ia tak bahagia. Tak ada yang bisa membuatnya bahagia, membuanya tersenyum, membuatnya tertawa dan bersenda gurau seperti dulu lagi. Tak ada.

Jungkook kini menggeram dan mengepalkan tangannya, wajahnya merah menahan amarah. “Argh…” Geram Jungkook kesal sambil menendang beberapa kerikil lagi.

Pada akhirnya, Jungkook sampai di tempat tujuannya. Rumahnya.

Biarpun Jungkook sama sekali tak ingin pulang, tapi ia harus. Harus atau hidupnya malah akan menjadi lebih sengsara lagi.

Pelayan-pelayan menyambutnya sambil membungkuk dan membukakan pintu untuknya. Jungkook sama sekali tak mengucapkan kata terima kasih, ia hanya berjalan dengan tatapan kosong memasuki rumahnya. Jungkook terus berjalan hingga sampai di depan pintu kamarnya.

Jungkook menghela napas kasar, kini ia membuka pintu kamarnya dan masuk lalu menutupnya kembali dengan kasar. Jungkook berjalan menuju ranjangnya dan merebahkan dirinya sendiri dengan keras, namja itu kini menatap kosong langit-langit kamar tanpa sebab.

Tak lama, pintu kamar Jungkook diketuk. Ia hanya melirik dan bertanya, “Nugu?”

“Jungkook-ah…” Terdengar suara ringan yang Jungkook benci diluar sana. “Keluarlah, kita makan malam bersama.” Suara itu melanjutkan perkataannya.

Jungkook menghela napas berat dan hanya mendengus, “Pergi.” Begitu katanya. Tapi Jungkook masih dapat merasakan keberadaan pemilik suara itu diluar sana, lagi-lagi Jungkook mendungus. “Kubilang pergi! Tinggalkan aku sendiri! Aku tak mau bertemu denganmu lagi! Pergi!” Seru Jungkook, kini lebih keras.

Jungkook tetap mempertahankan matanya untuk melirik pintu kamarnya sampai ia berhasil mendengar langkah kaki si pemilik suara menjauhi kamarnya. Jungkook menghela napas lalu memejamkan matanya.

~~~

“Seokjin Ssi…” Ujar seorang pelayan kepada seorang namja yang tengah duduk sambil menyesap sebatang rokok. Namja yang bernama Seokjin tersebut menoleh, “Wae?”

“Tuan memanggil anda.” Jawab pelayan itu, Seokjin menghela napas kasar lalu menyesap rokoknya kembali. “Bilang padanya, aku tak mau bertemu dengannya. Jika ia harus bertemu denganku, suruh ia kemari.” Ujar Seokjin.

“Tapi, Seokjin Ssi…”

“Pergi!”

Si pelayan terpaksa meninggalkan Seokjin, lalu menyampaikan pesan Seokjin kepada ayahnya. Seokjin hanya memalingkan muka dan memutar bola matanya, lalu kembali menyesap rokoknya.

Seokjin menoleh mendengar langkah kaki cepat milik ayahnya, ia hanya menatap namja itu datar dan sedikit menantang. “Ada perlu apa?” Tanyanya.

“Seokjin-ah, appa menyuruhmu untuk menemuiku. Seharusnya kau datang padaku, bukan aku yang datang padaku.” Ujar Tuan Kim.

Seokjin hanya mendecak sedikit kesal, “Apa peduliku?” Jawabnya singkat, lalu menyesap rokoknya kembali.

“Berhenti menyesap rokokmu. Tidak baik bagi kesehatanmu.” Ujar Tuan Kim, tapi Seokjin sama sekali tidak mengindahkan perkataan ayahnya. “Tak peduli.” Begitu katanya.

“Kau ingin aku menuruti semua kata-katamu? Tidakkah kau berpikir bahwa aku sudah dewasa? Mengapa kau selalu mengurungku? Berhenti mengatur kehidupanku!” Ujar Seokjin, sedikit meninggikan suaranya.

“Jangan pernah menantang ayahmu sendiri, Kim Seokjin!” Seru Tuan Kim. “Hah, aku? Menantang ayahku sendiri? Kau pikir karena apa aku melakukan itu? Itu semua salahmu! Salahmu mengatur kehidupanku, salahmu menghilangkah semua kebebasanku! Salahmu, bukan salahku!” Seru Seokjin tak kalah keras.

“Berhenti, Kim Seokjin! Kau sudah kelewatan!” Seru Tuan Kim, Seokjin hanya menggeram dan mengepalkan tangannya. Setelah itu, ia berlari meninggalkan ayahnya keluar dari rumahnya.

Ya! Kim Seokjin!”

~~~

Eotteokhae, Euisanim?” Tanya Yein cemas. Dokter yang ada dihadapannya hanya menghela napas sambil melihat beberapa file miliknya.

“Yein Ssi, tidak ada cara lain. Maafkan aku.” Ujar Dokter itu, Yein menghela napas pelan sambil menunduk. Tak sadar, air matanya segera menetes.

“Tapi… apakah aku harus? Tidak adakah cara lain? Euisanim, jebal… aku akan berikan apapun. Berapapun biayanya akan kubayar, selama masih ada cara lain agar aku… bisa hidup.” Ujar Yein, mulai menangis.

“Yein Ssi, mianhe. Tapi kami benar-benar tak memiliki cara lain untuk menangani penyakit ini, jeongmal mianhe.” Ujar Dokter itu lagi. Yein hanya menunduk sambil terisak pelan, lalu mengucapkan terima kasih dan keluar dari ruangan itu.

Yein menutup pintu ruangan dan mendongak, ia terkejut melihat Jungkook kini sudah ada didepannya.

“Apa yang… kau lakukan disini?” Tanya Yein sambil menyeka air matanya, Jungkook hanya menatapnya datar.

“Kau habis menangis? Apa yang terjadi? Kenapa kau ada disini?” Tanya Jungkook. Yein hanya menghela napas kesal, “Kau belum menjawab pertanyaanku. Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Yein balik, mengulang pertanyaannya.

“Bermain.” Jawab Jungkook singkat.

Yein menatapnya heran, “Bermain? Tch, kau pikir tempat apa ini?!” Seru Yein. “Aku hanya menemui pamanku.” Jawab Jungkook sekenanya, Yein hanya mengangguk.

“Minggirlah. Aku harus bertemu dengan pamanku.” Ujar Jungkook, Yein terkejut mendengarnya. “Pamanmu… Lee Euisanim?” Tanya Yein, Jungkook mengangguk. “Ne, sekarang minggirlah.” Jawab Jungkook.

A… arasseo.” Ujar Yein sambil minggir dari pintu ruangan dokternya. Jungkook hanya berjalan menuju ruangan itu.

“Oh ya, Gomawo.” Ujar Yein lagi, Jungkook menoleh dan menatap Yein heran, “Terima kasih? Untuk apa?” Tanya Jungkook.

“Untuk yang kau lakukan kemarin. Jeongmal ghamsahamnida.” Jawab Yein. “Berterima kasihlah pada Minjae, ia yang sudah menjagamu, bukan aku.” Ujar Jungkook dingin. “Anio. Jika kau tidak memberitahu Minjae tentang keadaanku, mungkin… entahlah, aku bisa saja menjadi lebih buruk.” Bantah Yein.

Jungkook hanya mengangguk. “Oh ya, Jungkook Ssi… Apa kau mengenal Minjae? Maksudku, dia murid baru dan kau…”

Ne, aku mengenal Minjae.” Sela Jungkook. “Ia teman lamaku. Dulu, kami bertetangga.” Lanjut Jungkook, Yein hanya mengangguk.

“Ah, kalau begitu aku pergi dulu. Anyeong…” Ujar Yein lalu meninggalkan Jungkook. Jungkook hanya menghela napas dan masuk ke dalam ruang dokter itu.

Jungkook membuka pintu ruangan dan ia tersenyum tipis saat sang paman sudah menunggunya.

~~~

“Kau dipanggil oleh Seokjin di Rooftop.” Ujar teman Yein, Yein yang mendengarnya hanya bisa terheran-heran lalu mengangguk. “Arasseo, aku akan segera menemuinya. Terima kasih telah memberi tahuku.” Jawab Yein, temannya hanya bisa mengangguk lalu pergi meninggalkannya.

Yein segera pergi menemui Seokjin di Rooftop.

“Seokjin-ah.” Panggilnya singkat, namja yang dipanggil hanya bisa menoleh. “Apa kau memanggilku?” Tanya Yein, Seokjin hanya mengangguk. Yein segera menghampirinya.

“Aku tak ingin kau terkena masalah lagi dengan Jungkook. Janganlah membuang waktuku, aku sibuk. Setelah semuanya jelas, cepatlah pulang.” Pinta Yein, Seokjin hanya mengangguk.

“Aku hanya ingin bertanya padamu.” Ujar Seokjin dengan tatapan datar, Yein hanya mengangguk.

“Sedekat apa kau dengan Jungkook?”

Yein terkejut mendnegarnya, ia tidak mengerti maksud dari perkataan Seokjin. “A… apa maksudmu?” Tanya Yein balik, Seokjin menghela napas. “Kau punya hubungan apa dengan Jungkook?” Tanya Seokjin lagi, Yein akhirnya bisa mengerti.

“Kami tak punya hubungan apapun. Kami… yah, hanya teman biasa.” Jawab Yein, Seokjin mengangguk.

“Tak usah dekati dia lagi.” Ujar Seokjin melarangnya. Yein semakin terkejut mendengarnya, “Mwo? Apa yang kau bicarakan? Kenapa aku tidak boleh berteman dengannya?” Tanya Yein.

Seokjin menoleh dan menatap Yein datar. “Kau menyukai Jungkook, bukan?” Tanya Seokjin, Yein segera melebarkan matanya mendengarnya. “A… anni, kami hanya teman.” Jawab Yein, Seokjin menggeleng.

“Aku tahu kau menyukai. Tapi sayangnya, kau takkan bisa memilikinya.” Kilah Seokjin. “Maksudmu? Kenapa tak bisa?” Tanya Yein lagi.

“Dia mengencani Minjae.”

~~~

Yein menghela napas pelan dan sedikit kesal. Pelajar geografi hari itu benar-benar melelahkan dan membosankan, Yein seperti sudah mengetahui semua yang diajarkan oleh Jang Songsaenim. Bukan karena Yein sombong ataupun apa, tapi karena Jang Songsaenim sudah mengajarkan materi itu berulang kali. Catat, berulang kali.

Yein merebahkan kepalanya diatas meja sambil menghela napas lagi, ia lalu memejamkan matanya sebentar. Kepalanya sakit, rasanya berat sekali. Yein memijit kepalanya yang terasa benar-benar sakit sekarang, wajahnya berubah pucat.

“Yein-ah, apa kau sakit? Wajahmu pucat sekali.” Tanya Sujeong yang duduk disampingnya, Yein membuka matanya dan menggeleng sambil tersenyum lemah.

Gwaechanayeo.” Jawabnya berbohong. Yeoja itu mengangkat kepalanya kembali dan bersandar dibangkunya.

Yein akhirnya dapat bernafas lega saat bel istirahat berbunyi, anak-anak berhamburan keluar kelas tanpa memperdulikan Jang Songsaenim yang berteriak meminta agar mereka tertib.

“Kau mau keluar, Yein-ah?” Tanya Jiyeon, Yein hanya menggeleng. “Aku disini saja.” Jawabnya singkat, Jiyeon hanya mengangguk dan mengamit lengan Sujeong lalu berjalan meninggalkan kelas.

Yein kembali merebahkan kepalanya di atas meja. Sakit, kepalanya sakit sekali. Ia memejamkan matanya sambil memijit kepalanya kembali, berharap rasa sakitnya akan hilang.

Kriek…

Suara pintu kayu kelasnya terdengar, Yein melirik dan melihat siapa yang datang. Jungkook masuk ke dalam kelas dan duduk dibangkunya.

Namja itu lagi, aku sudah bosan.” Gumamnya sambil memejamkan matanya kembali, lalu membuang muka. Jungkook melirik dan tersenyum tipis melihatnya.

“Tidak pergi ke Cafetaria?” Tanya Jungkook pelan, Yein hanya menggeleng. “Wae?” Tanyanya lagi.

“Malas.”

Jungkook merasa heran mendengar jawaban singkat Yein, ia lalu hanya bisa mengangguk.

Yein mengangatkat muka dan menatap Jungkook, lalu ia menghela napas pelan. “Jungkook-ah…” Gumamnya, Jungkook hanya membalas dengan lirikan.

“Seokjin memberi tahuku, sesuatu yang berhubungan denganmu.” Lanjut Yein, Jungkook hanya mengangguk. “Waeyeo?” Tanya Jungkook.

“Apa kau mengencani Minjae?”

-TBC-

Halo 🙂 maafkan aku baru bisa Update Chapter 2 ya -___- aku sibuk banget

Dan maaf juga kalau kurang panjang 😉 juga aku minta maaf karena alurnya gak jelas begini.. aku harap kalian ngerti ya wkwkwk…

Ditunggu komen & like-nya ya 🙂

7 thoughts on “A Complicated Love Story [Chapter 2]

Your comment is my Dream